Wahyu dan keluarganya adalah salah satu penerima program Sandes


Warning: Undefined variable $PostID in /home2/comelews/wr1te.com/wp-content/themes/adWhiteBullet/single.php on line 66

Warning: Undefined variable $PostID in /home2/comelews/wr1te.com/wp-content/themes/adWhiteBullet/single.php on line 67
RSS FeedArticles Category RSS Feed - Subscribe to the feed here
 

Pemandangan di sekitar Tlogopakis amat indah. Berada pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, desa ini berada di dataran tinggi terpencil di Jawa Tengah dan dikelilingi oleh sawah dan pegunungan yang asri.

Akan tetapi, di balik panorama memukau, lingkungan desa tidak selalu aman dan sehat. Hingga baru-baru ini, banyak rumah tangga di Tlogopakis yang tidak memiliki jamban ataupun sarana sanitasi dasar. Akibatnya, sebagian warga melakukan BABS di saluran irigasi. Anak-anak di desa pun sering mengalami diare kronis karena bakteri tinja mencemari sumber-sumber air, sementara lalat mengontaminasi ladang dan sawah.

Berupaya mengurangi angka stunting anak, Pemerintah Indonesia menjadikan akses universal kepada sarana sanitasi sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mulai melaksanakan program Sanitasi Desa atau Sandes. Didanai APBN, program ini membangun sarana sanitasi bagi masyarakat dan rumah tangga berpendapatan rendah dengan prioritas ibu hamil, balita, anak stunting, dan penyandang disabilitas.

Wahyu dan keluarganya adalah salah satu penerima program Sandes di Tlogopakis. Seperti banyak keluarga lain di Kabupaten Pekalongan, jamban baru di rumahnya, yang didapat melalui
https://gadingpermai.org/ program itu, adalah juga jamban mereka yang pertama. Wahyu bercerita bahwa Rizki, putranya yang berusia 4 tahun, senang mencuci tangan dengan air mengalir dan kerap mencipratkan air ke wajahnya sendiri, sehingga membuat Wahyu turut tersenyum.

Eni dan suaminya, Kuswanto, juga membuat jamban dan sarana sanitasi di rumah mereka dengan bantuan program Sandes. Eni bekerja membuat gula jawa dan Kuswanto adalah buruh harian. Pendapatan mereka berdua nyaris tak cukup membiayai kebutuhan sehari-hari, sehingga jamban tidak pernah dapat mereka miliki.

“Kami tidak perlu lagi merasa malu karena jamban sudah tidak terletak di tempat terbuka,” kata Eni. “Dengan adanya jamban, kami merasa lebih nyaman untuk mandi dan buang air.”

Perubahan iklim yang semakin ekstrem menciptakan ancaman yang lebih besar terhadap sistem air dan sanitasi. Di desa Tegaldowo, yang terletak di dataran rendah jalur pantai utara Pulau Jawa, Kepala Desa Budi Juniadi ingat kejadian banjir tahun 2004 yang untuk pertama kali disebabkan oleh gelombang pasang. Menurutnya, sejak itu, Tegaldowo teratur mengalami genangan air. Sebabnya adalah kenaikan
slot deposit pulsa tanpa potongan permukaan air laut karena pemanasan global dan penurunan muka tanah akibat ekstraksi air tanah yang perlahan menyebabkan erosi pesisir.

Pemerintah telah membangun dinding penahan di sepanjang pantai, namun air laut saat pasang masih masuk ke daratan dan menggenangi rumah-rumah penduduk. Air pun merusak sarana sanitasi dan menyebabkan sejumlah keluarga tidak bisa meneruskan perilaku kebersihan yang penting.

HTML Ready Article You Can Place On Your Site.
(do not remove any attribution to source or author)





Firefox users may have to use 'CTRL + C' to copy once highlighted.

Find more articles written by /home2/comelews/wr1te.com/wp-content/themes/adWhiteBullet/single.php on line 180